Kamis, 16 Desember 2010

Tradisi Kebudayaan Daerah

Upacara Apem Yaaqowiyuu
Perayaan Yaaqowiyuu di Jatinom, Klaten, banyak dikunjungi puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara. Mereka berkumpul di lapangan dekat Masjid Besar Jatinom, menunggu acara sebar kue apem yang dilakukan setelah selesai salat Jumat. Untuk tahun ini sebanyak 5 ton kue apem yang diperebutkan para pengunjung.
Menurut kepercayaan orang banyak, apem yaaqowiyuu yang artinya Tuhan mohon kekuatan itu bisa untuk tumbal, tolak bala, atau syarat untuk berbagai tujuan. Bagi petani, bisa untuk tumbal sawah agar tanaman selamat dari segala bencana dan hama penyakit.
Bahkan, ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan tradisional yang lain.
Maka, tak heran jika pada puncak acara peringatan yaaqowiyuu ini pengunjung melimpah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Acara tradisi budaya tersebut digelar untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig, tokoh ulama penyebar agama Islam di Jawa, yang menetap dan meninggal di Jatinom.
Asal muasal kue apem itu dari Mekah yang dibawa Ki Ageng Gribig untuk oleh-oleh anak cucunya. Karena tidak cukup, maka Nyi Ageng Gribig membuat apem lagi sekaligus untuk dibagikan kepada penduduk Jatinom. Sejak itu orang daerah ini ikutan membuat apem untuk selamatan. Perayaan yaqowiyu di Jatinom, diharapkan menjadi salah satu objek wisata menarik di Klaten.
Upacara ini mulai pertama kali berbentuk majelis pengajian yang dikunjungi oleh umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom. Upacara ini diselenggarakan setiap tahun sekali pada hari Jumat pertengahan bulan Sapar. Adanya Upacara ini dinamakan Yaqowiyu diambil dari doa Kyai Ageng Gribig sebagai penutup pengajian yang berbunyi : Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Ya qowiyyu warsuqna wal muslimin, yang artinya : Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kita segenap kaum muslimin, doa tamu itu dihormati dengan hidangan kue roti, dan ternyata hidangannya kurang, sedang tamunya masih banyak yang belum menerimanya.
Nyai Ageng segera membuat kue apem yang masih dalam keadaan hangat untuk dihidangkan kepada para tamu undangan tersebut. Majelis pengajian ini sampai sekarang setiap tahunnya masih berjalan, yang dilakukan pada malam Jumat dan menjelang sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar, setiap tahunnya Doa Kyai Ageng Gribig itu dibacakan dihadapan hadirin, para pengunjung kemudian menyebutkan Majelis Pengajian itu dengan sebutan nama : ONGKOWIYU yang dimaksudkan JONGKO WAHYU atau mencari wahyu. Kemudian oleh anak turunnya istilah ini dikembalikan pada aslinya yaiut YAQOWIYU.
Sedanng di lokasi ini terdapat juga peninggalan Kyai Ageng Gribig berupa : gua Belan, Sendang Suran, Sendang Plampeyan dan Oro oro Tarwiyah. Disamping itu masih ada satu peninggalan yaitu Masjid Alit atau Masjid Tiban. Perlu kiranya ditambahkan disini bahwa sepulangnya Kyai Ageng Gribig dari Mekah tidak hanya membawa apem saja tetapi juga membawa segenggam tanah dari Oro oro Arofah dan tanah ini ditanamkan di Oro oro Tarwiyah. Adapun Oro oro ini disebut Tarwiyah karena tanah dari Mekah yang ditanam Kyai Ageng Gribig yang berasal dari Padang Arofah ketika beliau sedang mengumpulkan air untuk bekal untuk bekal wukuf di Arofah pada tanggal 8 bulan Dzulhijah. Dari tanggal 8 Dzulhijah ini dinamakan Yaumul Tarwiyah yang artinya pada tanggal itu para jamaah Haji mengumpulkan air sebanyak banyaknya untuk bekal wukuf di Arofah
Tahun ini peringatan tersebut berlangsung hari Kamis (28 Januari 2010) kemarin. Rangkaian acaranya diawali gunungan apem tersebut diarak rombongan orang dari halaman Kantor Kecamatan Jatinom, dengan rute jalan protokol menuju Masjid Alit hingga Masjid Gedhe yang menjadi tempat dimakamkannya Ki Ageng Gribig. Jalur Kirab Gunungan Apem tahun ini lebih panjang daripada jalur tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, Gunungan Apem melintasi Balaikelurahan Jatinom, akan tetapi pada tahun ini kirab, melintasi jalan protokol. Rombongan terdiri atas grup drum band dari SMPN 1 Jatinom, grup reog, jajaran pejabat Pemkab Klaten yang terdiri atas perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta sejumlah camat yang berpakaian jawa.Sebelum sampai di Masjid Gedhe, kedua gunungan apem mampir sebentar di Masjid Alit. Di masjid ini, rombongan disambut H Sukamto, salah seorang pengurus masjid.
Di masjid ini pula, dibacakan doa yang dipimpin langsung H Sukamto. Dalam doanya, dia berharap Kirab Gunungan Apem membawa berkah bagi semua warga di Jatinom.
Sesampainya di Masjid Gedhe, kegiatan penyerahan gunungan apem kepada keturunan ki Ageng Gribig, keluarga Murtadho Purnomo dilakukan. Penyerahan apem diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Bapak Drs H Indarwanto MM kepada keluarga Murtadho Purnomo. Di masjid inilah, dua buah gunungan itu beristirahat selama semalam.
dengan nyekar ke makam Ki Ageng Gribig dan dilanjutkan dengan pengajian di Masjid Gedhe peninggalan sang kyai pada hari Kamis sebelumnya. Puncak acara dimulai dengan shalat Jumat bersama di Masjid Gedhe. Selesai jumatan, gunungan lanang,dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan gunungan wadon, dikenal dengan nama Nyi Kiyat, yang telah disemayamkan semalam di dekat masjid, diarak menuruni tangga menuju panggung di lapangan Sendang Plampeyan (tanah lapang di pinggir Kali Soka, di selatan masjid dan makam Ki Ageng Gribig).
Arak-arakan terdiri dari peraga Ki Ageng Gribig, Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum, Muspida, kedua gunungan, putri domas, dan para pengawal. Kemudian peraga Ki Ageng Gribig memimpin doa bersama. Selanjutnya, dia menyerahkan apem yang ditempatkan dalam panjang ilang (keranjang terbuat dari janur) kepada Bupati Klaten. Bupati mengawali upacara penyebaran dengan melempar apem dalam panjang ilang kepada pengunjung. Kemudian, petugas penyebar yang berada di dua menara segera mengikutinya dengan melemparkan ribuan apem. Ribuan pengunjung pun tanpa dikomando berebut apem, bahkan sampai terinjak kakinya atau bertabrakan gara-gara ingin menangkap apem. Suasana rebutan apem benar-benar meriah. Dalam waktu singkat 4 ton apem sumbangan dari para warga sekitar habis tak tersisa

Minggu, 12 Desember 2010

Pendekatan Dalam Studi Islam

Pendekatan Antropologi

1. Peristiwa-peristiwa di bulan Muharam
  • Bertemunya Adam dan Hawa
  • Nabi Nuh melabuhkan Kapalnya
  • Nabi Ayub sembuh dari sakitnya
  • Nabi Musa menenggelamkan Fir'aun
#Artoposentris : Sesuatu yang dikaitkan dengan manusia
#Teosentris : Segala sesuatu diarahkan kepada Tuhan

2. Pentingnya Antropologi
  • Penuh dengan empati dalam memandang sesuatu
  • Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat sehingga kita lebih santun
  • Dengan antropologi, seseorang lebih menghargai dan tidak menghakimi suatu tradisi
3. Pentingnya Antropologi dalam Studi Islam
  • Memahami fenomena Budaya
  • Lebih berempati
4. Penghalang orang Islam mengkaji Antropologi
  1. Adanya sakralitas dan profanitas
  2. Menganggap dirinya Superior dan Inferior 
  3. Kurangnya empati kebudayaan
  4. Banyaknya kebudayaan yang berbeda
  5. Membanggakan kebudayaan sendiri/insider dan outsider
  • Outsider : Dimana orang melihat kebudayaan orang lain dengan standar kebudayaan sendiri
  • Insider : Membanggakan kebudayaan sendiri
  • Superior : Menganggap diri sendiri paling benar
  • Inferior : Menganggap budaya sendiri di bawah budaya orang lain
Ibadah di bagi menjadi 2 yaitu:
  • Mahdzah : Ibadah yang apa adanya/sudah ada pakemnya (baku), menurut ibadah mahdzah semua ibadah haram apabila tidak ada aturannya/perintahnya
  • Ghoiru Mahdzah : Ibadah yang pakemnya masih longgar/tidak ada aturannya, semua ibadah boleh dilakukan kecuali ada larangannya
#Orang tradisional berfikir sakral sedangkan orang modern berfikir profan
#Profan : Sesuatu yang dianggap tidak kramat/sakral

  1. Peradaban
  2. Kebudayaan
  3. Seni/tradisi
  4. Fashion
# Ini menunjukkan bahwa suatu perubahan akan lebih mudah terjadi bila urutannya ke bawah, namun sebaliknya bila ke atas semakin sulit terjadi perubahan.